Assallamu alikum Wr. wb.
Sebelumnya saya ucapkan terimakasih, karena telah diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato tentang pendidikan ini dalam rangka menyambut hari pendidikan Nasional.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kita semua bisa berkumpul dalam acara yang sangat bersejarah ini.
Sebelumnya saya ucapkan terimakasih, karena telah diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato tentang pendidikan ini dalam rangka menyambut hari pendidikan Nasional.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kita semua bisa berkumpul dalam acara yang sangat bersejarah ini.
Saudaraku sekalian. Pendidikan
merupakan modal dasar bagi diri kita semua, alangkah baiknya bila kita selaku
manusia yang sadar akan pentingnya pendidikan, memulainya dari diri kita
sendiri.
Pendidikan tidaklah hanya terpaku pada perkembangan jaman dan teknologi belaka, tapi pendidikan moral pun harus kita perhatikan.
Pendidikan tidaklah hanya terpaku pada perkembangan jaman dan teknologi belaka, tapi pendidikan moral pun harus kita perhatikan.
Saudaraku, masih ingatkah kita pada
seorang tokoh pendidikan di negara kita? Ki Hajar Dewantara (1889-1959)
seorang tokoh pendidikan Indonesia yang memprakarsai berdirinya
lembaga pendidikan Taman siswa. Dia lebih terkenal dengan filsafat”
tut wuri handayani, hing madya mangun karsa, hing ngarso sung tulada. Dewantara
mengklasifikasikan tujuan pendidikan dengan istilah “ tri-nga”(tiga “nga-nga
adalah huruf terakhir dalam abjad jawa ajisak). “Nga” pertama adalah ngerti”
(memahami /aspek intelektual). “Nga kedua” adalah “ngrasa” adalah (merasakan
aspek afeksi), dan “nga” ketiga adalah “nglakonin” (mengajarkan atau aspek
psikomotorik). Merumuskan tujuan pendidikan yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Menurut Dewantara, adalah hak tiap orang untuk mengatur
diri sendiri, oleh karena itu pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia
yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga. Pengajaran jangan terlampau
mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal itu dapat memisahkan orang
terpelajar dengan rakyat.Akhir sampai disini, semoga bangsa Indonesia lebih
meningkatkan dan mencerdaskan serta menciptakan anak-anak didik yang produktif,
kreatif, dan inovatif yang berguna bagi bangsa dan Negara, Menciptakan
sumberdaya manusia yang berkualitas dan mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan
global.
Oleh karena itu, marilah kita
selaraskan apa yang telah di cita-citakan oleh beliau dengan mendukung
program-program pendidikan yang diarahkan oleh pemerintah.
Lantas bagai mana dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia? Mau dibawa ke mana pendidikan di Negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi barang dagangan yang nantinya menghasilkan output berupa selembar sertifikat dan ijazah bukannya keahlian dan daya analitis? Dan apakah pendidikan hanya menjadi milik dan hak orang kaya saja?
Sudah rahasia umum jika pendidikan sekarang sangat mahal. seperti kata buku, orang miskin dilarang sekolah! Memprihatinkan, tapi itulah kenyataannya
Lantas bagai mana dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia? Mau dibawa ke mana pendidikan di Negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi barang dagangan yang nantinya menghasilkan output berupa selembar sertifikat dan ijazah bukannya keahlian dan daya analitis? Dan apakah pendidikan hanya menjadi milik dan hak orang kaya saja?
Sudah rahasia umum jika pendidikan sekarang sangat mahal. seperti kata buku, orang miskin dilarang sekolah! Memprihatinkan, tapi itulah kenyataannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.